Wednesday 2 July 2014

Semua tentang tipe-x

Tipe-X Ingin Jadi Tipe Berbeda
Iramamusik ska yang bersemangat
membuat pencinta musik Indonesia tak pernah meninggalkan grup Tipe-
X.
Terbukti, mereka masih tetap
berjaya di usia 18 tahun. Band yang  awalnya membawa bendera
Headmaster ini telah mengeluarkan
tujuh album.
Band Tipe-X dibentuk September
1995, meraih gelar juara favorit pada
Festival Musik Alternatif di Menteng,
Jakarta Pusat. Prestasi itu membuat
band yang mengusung musik ska ini
semakin percaya diri.
Tipe-X beranggotakan Tresno (vokal),
Micky (bas), Yoss (gitar), Billy (gitar),
Ary (drum), dan Anto (trombon).
Bagi mereka, untuk menembus dapur
rekaman tak melalui jalan yang
mudah. Beberapa demo lagu
dikirimkan ke radio dan televisi.
Baru tahun 1999, mereka masuk
dapur rekaman dengan album
pertama, SKA Phobia (1999).
Setelah itu, Tipe-X mendapat
tawaran naik panggung semakin
banyak. Berbagai festival pun
dijajalnya. Band yang bernaung di
bawah bendera label Offbeat Music
ini merilis album terbaru tahun
2012, Seven.
Sesuai dengan musiknya, Tipe-X
membuat lagu-lagu yang memotivasi
orang untuk tidak putus asa, misal
di lagu ”Jangan Jadi Pecundang”.
Selain itu, ada juga lagu bertema
sosial, misalnya agar masyarakat
tidak membedakan suku, ras, dan
agama yang bisa dipakai untuk
memecah belah bangsa. Di album
kedua, Mereka Tak Pernah Mengerti ,
Tipe-X membuat lagu ”Indonesia
Sayang”, yang menyemangati bangsa
Indonesia untuk bangkit dari
ketertinggalan.
Selain sibuk manggung , kegiatan
lain apa yang ditekuni para personel
Tipe-X? Bagaimana cara Tipe-X
menghadapi persaingan musik di
Indonesia?
(Ima Rohmawati, Jakarta Utara)
Kegiatan lainnya, enggak jauh-jauh
juga dari musik. Ada yang mengajar
di sekolah musik, ada yang menjadi
produser sebuah band, dan ada
yang menjalankan bisnis rental
sound system.
Cara menghadapi persaingan, kita
harus mampu membuat lagu yang
disukai mayoritas pencinta musik
Indonesia. Tetap mempertahankan
soliditas band, dan mengorganisasi
fans dengan baik.
Apa motivasi band Tipe-X membuat
salah satu anggotanya memakai
trombon?
(Winda M Situmeang, Medan)
Kami membuat musik ska dengan
balutan orkestra, ada juga
memasukkan unsur jazz sedikit.
Banyak lika-liku yang harus dilewati
sehingga perjalanan tidak mudah
dilalui.
Bisakah Anda menceritakan
perjalanan dari awal masuk dunia
musik hingga sekarang?
(Ceria Kristi Br Tarigan, Medan)
Awalnya kami tidak berharap ada di
sebuah manajemen label, karena
kami berpikir do it your self yaitu
bikin album sendiri. Seiring
berjalannya waktu, sekitar tahun
1999, kami diterima di Pops Musik,
anak perusahaan Aquarius
Musikindo, dan itu menjadi awal
rilis-nya album SKA Phobia.
Kemudian, album kami berikutnya,
Mereka Tak Pernah Mengerti (2001),
Super Surprise (2003), Discography
Hitam Putih (2005), A Journey (2007),
Festival Perasaan (2009), dan Seven
(2012).
Perjalanan yang berharga adalah
saat tahun 2001, kami mengalami
pergantian personel. Hal itu yang
membuat kami lebih solid, dan
kemudian bisa meluncurkan album
selanjutnya.
Menurut Tipe-X, apa yang
menyebabkan album pertama SKA
Phobia bisa menembus dapur
rekaman?
(R Arum Cahyaning K, Sleman,
Yogyakarta)
Pada saat itu musik ska adalah
musik yang baru dan fresh di
Indonesia. Menurut label kami saat
itu, musik ska bisa dinikmati oleh
masyarakat Indonesia.
Banyak grup ska yang sudah tidak
terdengar kabarnya lagi alias bubar
jalan.
Bagaimana cara Tipe-X
bertahan menghadapi persaingan
musik di Tanah Air?
(Aan P, Garut)
Tetap solid, mencintai band, dan
manggung juga. He-he-he.
Kapan rencana Tipe-X mengeluarkan
album yang ke delapan? Apa tema
yang akan diusung untuk album itu?
Adakah kemungkinan bertemakan
galau yang beberapa tahun terakhir
menjadi tema-tema yang diusung
penyanyi/band lainnya?
(Hasian Sidabutar, Medan)
Secepatnya, kami sedang
mengumpulkan materi lagu-lagu.
Mungkin temanya lebih positif.
Kemungkinan sih ada, tapi kami
melihat sisi galau, dari cara pandang
yang lain (galau-galau happy).
Sebagai Band yang sudah malang
melintang di dunia hiburan dan
selalu mengusung tema cinta dan
persahabatan, apakah Tipe-X akan
menciptakan lagu dan mengeluarkan
album bertema kritik sosial atau
sejenisnya?
(Gunawan Simangunsong, Fakultas
Hukum Universitas Kristen
Indonesia)
Di setiap album kami, selalu ada
lagu yang bertema kritik sosial,
tetapi kalau untuk membuat album
dengan tema full kritik sosial belum
terpikirkan oleh kami.
Apa yang melatarbelakangi band ini
mengusung musik ska?
(Ardiansyah Bagus Suryanto,
Lamongan, Jawa Timur)
Kami merasa musik ska ini sudah
menjadi passion kami.
Saya fans Tipe-X dari sebelum
mereka buat album lho, dari masih
gitaran di rumah susun. Mau tanya,
kira-kira ada kemungkinan enggak ya
Tipe-X buat lagu yang alirannya
bukan ska?
(IIS Suminar, Bekasi Selatan)
Kalau untuk mencampur unsur-unsur
lain di lagu kami sangat mungkin,
tetapi kalau mengubah genre, tidak
pernah terpikirkan oleh kami.
Apa filosofi bendera Headmaster
bagi seluruh personel Tipe-X?
Adakah makna khusus dari bendera
tersebut?
(Julkifli, Universitas Padjadjaran,
Bandung)
Tak ada makna khusus, itu hanya
simbol perjuangan kami saja.
Apakah Tipe-x mempunyai band
favorit yang berasal dari luar negeri,
yang memberikan inspirasi dalam
penciptaan musik dan lagu dari
Tipe-x selama ini?
(Edy, Jakarta Utara)
Banyak sekali. Misalnya, Mighty
Mighty Bosstones, Kemuri, dan
Rancid.
Apa yang membuat Tipe-X tetap
eksis dengan genre ska, sedangkan
grup band di Indonesia sendiri
kebanyakan bergenre pop melayu?
(Hamzah Rosyidi, Ilmu Sejarah
Universitas Sebelas Maret, Surakarta)
Kalau dilihat dari tampang-tampang
muka kami, hanya musik ska yang
cocok untuk kami.
Armand Maulana lebih menyukai
format fisik, di era modern ini.
Apa
tanggapan Tipe-X tentang fenomena
pembelian album lewat iTunes?
Shaggy Dog pernah berkolaborasi
dengan SID (punk) dalam lagu ”Jika
Kami Bersama” (album SID - Angels
and The Outsider). Jika Tipe-X harus
memilih, lebih suka berduet dengan
Tantowi Yahya (country) atau
berduet dengan Rhoma Irama
(dangdut) apa alasannya?
(Jundi Nuri Azhar, Temanggung, Jawa
Tengah)
Walau bagaimanapun iTunes adalah
solusi, di mana era fisik mulai
tergantikan dengan era digital.
Wah pilihan yang sulit antara
Tantowi Yahya dan Rhoma Irama,
tetapi kami lebih memilih dengan
raja ketimbang prajurit atau orang
biasa ha-ha.
Tak terasa sudah 17 tahun, Tipe-X
meramaikan dunia musik Indonesia.
Apakah ada rencana Tipe-X
memotivasi generasi muda lewat
lagu dan syair agar tidak putus asa
dan bersedia bekerja keras
membangun kebersamaan demi
Indonesia yang lebih baik?
(Any Haryani, Pamulang, Tangerang
Selatan)
Ada beberapa lagu kami yang sudah
dibuat memotivasi orang untuk tidak
putus asa, seperti di lagu ”Jangan
jadi Pecundang”. Dalam lagu itu,
kami mengharapkan orang untuk
mencari solusi dari sebuah masalah
bukan menjadi pecundang.
Selain itu, ada lagu ”Di Mana Cinta”
diciptakan untuk membuat semua
orang Indonesia tanpa membedakan
suku, ras, dan agama yang biasa
dipakai orang untuk memecah belah
bangsa. Ada pula lagu ”Indonesia
Sayang”.
Kami berusaha memotivasi bangsa
Indonesia untuk bangkit dari
ketertinggalan. Dan, di lagu ”Hujan”
yang kami ciptakan untuk
memotivasi bangsa Indonesia agar
mampu berdiri sendiri.
Saat Tipe-X kesulitan menembus
dapur rekaman, apakah sempat
frustrasi?
Berapa jumlah demo lagu
yang sempat dikirim ke radio dan
televisi sampai kemudian bisa
rekaman?
Apa yang menjadi rahasia
di balik kekompakan Tipe-X sehingga
bisa bertahan sampai sekarang?
(Doli Supratia, Padang)
Kami tidak frustrasi. Justru hal itu
memotivasi kami untuk membuat
lagu lagi.
Untuk jumlah lagu dikirim
ke radio sekitar dua lagu.
Untuk bertahan di industri ini kami
mencintai musik kami, dan mencintai
band kami. Kami menganggap band
ini seperti keluarga, saling
membantu ketika salah satu ada
yang merasa susah. Tipe-X lebih dari
sekadar keluarga.
Suka duka apa yang pernah dialami
Tipe-X dalam membangun karier?
Apa kenangan yang terindah yang
pernah dialami dalam kebersamaan?
Apa kenangan yang menjengkelkan,
tetapi toh berkesan bagi
kebersamaan kalian?
(Lauren Simanjuntak, Pematang
Siantar, Sumatera Utara)
Kenangan terindah saat kami tetap
bertahan pada saat semua orang
menganggap musik ska sudah
hilang. Pengalaman yang
menjengkelkan saat ada kesalahan di
atas panggung. Kesalahan itu
membuat kami semakin terus
belajar.
Mengapa nama band yang tadinya
bernama Headmaster diubah
menjadi Tipe-X ? Apakah nama Tipe-
X tersebut mempunyai makna atau
arti tersendiri untuk band SKA ini?
(Cindy Claudia, Jakarta Utara)
Karena kami ingin menjadi tipe yang
berbeda, mengapa kami menamakan
band kami Tipe-X. Buat kami Tipe X
adalah 5 huruf yang membawa
berkah.
Adakah rencana Tipe-X untuk
memanfaatkan teknologi elektronik
musik pada karya-karya Tipe-X
berikutnya? Sentuhan elektronik
musik pada ska tentunya akan
menjadi sebuah karya yang unik.
(Jeni Rahman, Jakarta Selatan)
Dari awal kami sudah memilih genre
ska, dan kami tidak mau masyarakat
menilai kami band bunglon, tidak
konsisten pada satu genre.
Di lagu ”Boyband”, ada beberapa
bagian yang berunsur elektronik.
Band Tipe-X berdiri pada tahun
1995 dan mendapat gelar juara
favorit pada Festival Musik Alternatif
di Menteng, Jakarta, di tahun yang
sama. Tapi kenapa baru empat
tahun kemudian masuk dapur
rekaman?
(Faisal Hasby,xxx@gmail.com)
Mungkin karena takdir memang yang
menyuruh kami untuk berjuang
selama empat tahun, sebelum masuk
dapur rekaman.
Soal mengapa kami menyabet gelar
tersebut, seharusnya pertanyaan ini
juri yang menjawab, he-he-he.
Menurut kami, kami membawakan
musik yang berbeda di antara band-
band festival yang lain.
Saya mengenal Tipe-X sejak SMP,
saat album Mereka Tak Pernah
Mengerti. Pernahkah Tipe-X merasa
jenuh, kehabisan ide dan berpikir
untuk bubar? Salam Xfriend
(Yadhi, Tangerang)
Rasa jenuh mungkin ada, tapi kami
tidak pernah berpikir untuk bubar.
Kami berkomitmen untuk terus
mengusung genre ska sampai kami
tidak bisa berkarya lagi.
Salah satu motivasi kami untuk terus
berkarya adalah penggemar kami,
Xfriends. Salam X untuk Xfriends.
(SIE)
Tipe-X
Terbentuk: 1995 (dengan nama
Headmaster)
Genre:  Ska
Label: Aquarius Musikindo,Pops
Musik, Michelin Records, Offbeat
Music Records
Personel:
Tresno Riadi (vokal)
Micky (bas)
Yoss (gitar)
Billy (gitar)
Ary (drum)
Anto (trombone)
Mantan Personel
Hendro (drum)
Aditya Pratama (drum)
Andi Toha (saksofon, terompet)
Album:
SKA Phobia (1999)
Mereka Tak Pernah Mengerti (2001)
Super Suprise (2003)
Discography Hitam Putih (2005)
A journey (2007).
Festival Perasaan (2009)
Seven (2012)
Prestasi:
Gelar juara favorit pada Festival
Musik Alternatif di Menteng, Jakarta
Pusat (1995)
Sumber: Litbang Kompas/DEW,
diolah dari tipe-x.web.id
Baca selengkapnya di http://
kita.kompas.com

No comments:

Post a Comment